header misididik.net

Upacara Adat Kenduri Sko di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci

oleh | Okt 7, 2024 | Kebudayaan | 0 Komentar

Indonesia adalah negeri yang kaya akan keberagaman suku bangsa, budaya, dan tradisi. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya dan tradisi mereka sendiri. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga saat ini adalah upacara adat kenduri sko, yang memiliki makna dan penting tersendiri bagi masyarakat Desa Keluru, Kabupaten Kerinci. Meskipun upacara ini telah ada selama berabad-abad, makna dan keberlanjutannya menjadi sangat penting bagi masyarakat setempat.

Latar Belakang Masalah

Indonesia terdiri dari ribuan suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah, masing-masing dengan budaya dan tradisi mereka sendiri. Tradisi-tradisi ini mencakup perkawinan, pesta adat, upacara kematian, dan masih banyak lagi. Setiap tradisi ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari suku bangsa lainnya. Salah satu tradisi yang masih dijaga dengan erat adalah pelaksanaan upacara adat siap panen. Setiap daerah di Indonesia melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat aruh mahannyari pada suku Dayak, dan upacara penolak bala di Sulawesi Selatan.

Tradisi ini bertujuan untuk mensyukuri hasil panen dan memohon berkah untuk musim panen berikutnya. Di Kabupaten Kerinci, orang Melayu Tua menjalankan tradisi ini, yang dikenal sebagai kenduri sko. Kenduri sko adalah salah satu bagian dari Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu, yang melibatkan berbagai jenis upacara, termasuk kenduri sko.

Kenduri sko adalah upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci dan melibatkan penobatan pemimpin adat baru. Selain itu, upacara ini juga melibatkan penurunan benda-benda pusaka nenek moyang dan memberikan gelar adat kepada pemangku adat yang baru. Desa Keluru di Kecamatan Keliling Danau adalah salah satu yang melaksanakan upacara kenduri sko. Bagi mereka, upacara ini penting karena merupakan bentuk syukur atas hasil panen yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Baca Juga  Suku Biak Papua dan Aturan Adat Tentang Kepemilikan Tanah

Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna dari upacara adat kenduri sko bagi orang Melayu Tua di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci, dan alasan upacara ini masih bertahan hingga saat ini. Dalam penelitian ini, ada empat pertanyaan utama yang ingin dijawab:

  1. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam upacara adat kenduri sko di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci?
  2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat kenduri sko di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci?
  3. Apa kepentingan-kepentingan yang tercakup dari pelaksanaan upacara adat kenduri sko bagi kehidupan masyarakat di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci?
  4. Hal-hal apa saja yang mendukung upacara adat kenduri sko dapat bertahan hingga saat ini?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang mendalam tentang makna upacara adat kenduri sko bagi masyarakat Desa Keluru, Kabupaten Kerinci, dan mengapa upacara ini masih dijalankan hingga saat ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah di bidang antropologi, khususnya yang berfokus pada keberlanjutan upacara adat. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya telah banyak mengkaji berbagai upacara adat di Indonesia. Misalnya, Siregar (1994) mempelajari upacara mebat pada orang Batak Angkola, Siregar (1994) yang mengkaji upacara mebat pada orang Batak Angkola. Ia memfokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam upacara tersebut. Sagala (1990) mempelajari upacara mengongkol holi (upacara penggalian tulang) pada masyarakat Batak Toba. Dia menemukan bahwa upacara ini tetap bertahan karena faktor religi, tuntutan adat, ekonomi, dan gengsi sosial. Elisabet (1990) mempelajari upacara Tolak Bala di Desa Sei Kambah Asahan dan menemukan bahwa upacara ini memberikan kekuatan spritual, kepuasan batin, dan perlindungan dari bencana.

Baca Juga  Mengungkap Misteri Kesenian Sintren: Seni Sakral dari Pantura

Dalam penelitian ini, kami akan mendekati upacara adat kenduri sko dari sudut pandang makna yang terkandung di dalamnya, serta melibatkan partisipasi pemangku adat dan masyarakat setempat sebagai informan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan wawancara sambil lalu. Observasi partisipasi memungkinkan peneliti untuk memahami tahapan pelaksanaan upacara secara mendalam, sedangkan wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan perspektif informan kunci dan masyarakat setempat. Wawancara sambil lalu juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tambahan.

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif, dengan menyusun data menjadi kategori-kategori yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Data dari observasi, wawancara mendalam, dan wawancara sambil lalu akan disusun sesuai dengan kategori yang relevan, dan hubungan antarbagian akan dianalisis.

Kesimpulan

Upacara adat kenduri sko di Desa Keluru, Kabupaten Kerinci, merupakan tradisi penting bagi orang Melayu Tua setempat. Upacara ini melibatkan banyak unsur, seperti penobatan pemimpin adat baru, penurunan benda-benda pusaka, dan memberikan gelar adat. Makna dari upacara ini sangat dalam, dan merupakan ekspresi rasa syukur atas hasil panen yang mereka terima.

Selain itu, upacara ini juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kebudayaan dan identitas masyarakat setempat. Upacara kenduri sko adalah salah satu upaya mereka untuk melestarikan tradisi lama, bahkan dalam menghadapi tantangan modernisasi. Dengan pemahaman mendalam tentang makna dan kepentingan upacara ini, kita dapat lebih menghargai dan mendukung upaya mereka dalam melestarikan warisan budaya yang berharga ini.

Daftar Pustaka

  • Siregar, R. (1994). Mebat, perubahan suatu ritual adat Batak Angkola. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Sagala, A. (1990). Ngongkol Holi: Upacara Penggalian Tulang. Jakarta: Gramedia.
  • Elisabet. (1990). Tolak Bala: Ritual Keagamaan untuk Perlindungan dan Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius.
Baca Juga  Ritual Munjung, Bongkar Bumi, dan Mapag Sri di Leuwimunding, Majalengka
Bagikan ini ke:

Mungkin Anda Juga Suka

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Access Premium Content

Bergabunglah sekarang dan nikmati konten eksklusif yang hanya tersedia untuk member premium kami!

Join Our Newsletter

Dapatkan tips dan informasi pendidikan terbaru langsung di kotak masuk Anda dengan berlangganan newsletter dari misididik.net!

Follow Us

Ikuti sosial media misididik.net untuk mendapatkan tips pendidikan terbaru, informasi menarik, dan berbagai inspirasi belajar setiap hari!