header misididik.net

Tingkepan atau Mitoni: Upacara Adat Memperingati Kehamilan dalam Tradisi Jawa Tengah

oleh | Jun 26, 2024 | Kebudayaan | 0 Komentar

Indonesia, sebagai negara kepulauan, memiliki beragam budaya tradisional yang berbeda-beda di setiap pulau. Dalam keragaman ini, kita akan menjelajahi salah satu upacara adat khusus dari Jawa Tengah, terutama daerah Surakarta, yang dikenal dengan sebutan Tingkepan atau Mitoni. Upacara adat Tingkepan atau Mitoni dilakukan untuk memperingati kehamilan pertama seorang ibu yang masuk bulan ketiga, kelima, dan puncaknya bulan ketujuh. Upacara tingkepan atau mitoni ini bertujuan untuk mensucikan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya, menjaga kesehatan mereka dalam menunggu kelahiran yang akan datang.

Kronologi Singkat Upacara Tingkepan Atau Mitoni

Upacara Tingkepan atau mitoni adalah serangkaian ritual yang melibatkan keluarga, saudara, dan teman-teman yang hadir untuk merayakan kehamilan seorang wanita. Acara ini biasanya diadakan pada bulan ke-3, ke-5, dan puncaknya pada bulan ke-7 kehamilan. Beberapa tahap kunci dalam upacara Tingkepan melibatkan prosesi sungkeman, memandikan calon ibu, memecah cengkir kelapa muda, memotong janur, dan upacara brojolan atau pelepasan.

Sungkeman: Meminta Restu dan Maaf

Pertama-tama, calon ayah dan calon ibu yang akan menjalani upacara Tingkepan atau mitoni bertemu dengan tamu undangan di ruang tamu atau ruang yang cukup luas. Setelah semua undangan hadir, calon ayah dan calon ibu ditemani kerabat dekat untuk melakukan sungkeman. Sungkeman adalah prosesi meminta maaf dan mendapatkan restu dengan cara mencium tangan sambil berlutut. Mereka mencium tangan eyang (kakek-nenek), orangtua calon ayah, dan orangtua calon ibu. Setelah itu, mereka bersalaman dengan tamu-tamu yang hadir.

Baca Juga  Cantiknya Tari Bedhoyo Ketawang dari Keraton Mataram

Upacara Memandikan Calon Ibu

Setelah sungkeman selesai, upacara inti dari tingkepan atau mitoni dimulai dengan memandikan calon ibu. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam upacara mandi termasuk bak mandi yang dihiasi dengan janur, alas duduk, jajan pasar, tumpeng rombyong, baki berisi busana ganti, bunga telon, cengkir gading, parang, dan berbagai kain dan handuk. Calon ibu biasanya dimandikan oleh nenek dari kedua belah pihak, kemudian oleh ibu-ibu yang juga memberikan doa dan restu untuk kelahiran yang mudah dan bayi yang sehat.

Memecah Cengkir Kelapa Muda dan Memotong Janur

Selama proses memandikan calon ibu, calon ayah bersiap untuk memecah cengkir (kelapa muda) dengan parang yang dihiasi berbagai hiasan dari janur kelapa. Proses memecah cengkir ini melibatkan satu ayunan, dan tujuannya adalah agar kelak calon ibu tidak mengalami kesulitan saat melahirkan. Selanjutnya, calon ayah memotong janur yang dipakai oleh calon ibu. Proses memotong ini juga hanya dilakukan dalam satu ayunan dan harus berhasil pada percobaan pertama.

tradisi tingkepan atau mitoni

Upacara Brojolan atau Pelepasan

Setelah proses pemotongan janur, upacara brojolan atau pelepasan dilakukan. Ini adalah simulasi kelahiran yang dilakukan oleh calon ibu. Dalam upacara ini, cengkir gading bergambar tokoh pewayangan, Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih, dimasukkan ke dalam kain yang dikenakan oleh calon ibu. Ibu-ibu membantu untuk menangkap cengkir tersebut di bawah (antara kaki calon ibu). Ketika cengkir berhasil ditangkap, calon ibu mengucapkan doa agar bayi yang akan lahir memiliki sifat seperti tokoh pewayangan tersebut.

Memakai Tujuh Pakaian Khusus

Calon ibu kemudian memakai tujuh pakaian khusus yang memiliki makna dan tujuan tertentu. Setiap pakaian melambangkan harapan dan doa untuk kelahiran yang baik. Tujuh pakaian tersebut adalah:

  1. Kain wahyutumurun untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan.
  2. Kain sidomulyo untuk kemuliaan dalam hidup.
  3. Kain sidoasih untuk kasih sayang dari keluarga dan kerabat.
  4. Kain sidoluhur untuk budi luhur.
  5. Kain satriowibowo untuk berwibawa.
  6. Kain sidodrajat untuk mendapatkan derajat yang baik.
  7. Kain tumbarpecah dan kemben liwatan untuk memudahkan proses kelahiran dan mengatasi kesulitan dengan selamat.
Baca Juga  Tari Lariangi Wakatobi: Keeksotisan dan Filosofi di Balik Gerakan

Makan Tumpeng Bersama dan Penjualan Rujak

Setelah semua prosesi selesai, calon ayah dan calon ibu bersama-sama mengenakan pakaian khusus untuk menutup upacara. Mereka memotong tumpeng yang kemudian dimakan bersama para tamu. Tujuannya adalah agar anak yang akan lahir kelak dapat hidup harmonis seperti orang tuanya. Setelah makan bersama, upacara ditutup dengan penjualan rujak kepada para tamu sebagai kenang-kenangan.

Upacara Tingkepan atau Mitoni adalah bagian penting dari tradisi Jawa Tengah, yang menjunjung tinggi makna kehamilan dan persiapan untuk kelahiran yang aman. Selain sebagai perayaan budaya, upacara ini juga mengikuti sejumlah filosofi dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat di wilayah ini. Ini adalah contoh kaya akan tradisi dan budaya yang mendalam di Indonesia, yang patut dilestarikan dan dipahami lebih lanjut.

Kesimpulan

Tingkepan atau Mitoni adalah salah satu upacara adat yang penting dalam tradisi Jawa Tengah, khususnya di daerah Surakarta. Upacara ini mencerminkan nilai-nilai budaya yang kaya dan mendalam yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Dilakukan untuk memperingati kehamilan pertama seorang ibu pada bulan ketiga, kelima, dan puncaknya bulan ketujuh, upacara ini memiliki tujuan utama untuk mensucikan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya, serta menjaga kesehatan mereka hingga kelahiran tiba.

Berbagai tahapan dalam upacara Tingkepan, seperti sungkeman, memandikan calon ibu, memecah cengkir kelapa muda, memotong janur, dan upacara brojolan atau pelepasan, menunjukkan betapa rumit dan sarat makna setiap ritual yang dilakukan. Setiap prosesi tidak hanya memiliki makna simbolis, tetapi juga diiringi dengan doa dan harapan yang tulus dari keluarga dan kerabat. Ini memperlihatkan bagaimana budaya Jawa Tengah memberikan perhatian khusus dan penghormatan tinggi terhadap proses kehamilan dan kelahiran, melihatnya sebagai momen sakral yang patut dirayakan dan diberkahi.

Baca Juga  Kisah Kian Santang Bertemu Sayidina Ali dan Memeluk Islam

Dengan pemakaian tujuh pakaian khusus dan makan tumpeng bersama, upacara Tingkepan ditutup dengan penuh harapan dan doa untuk kelahiran yang baik dan kehidupan yang harmonis bagi bayi yang akan lahir. Upacara ini adalah wujud nyata dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Melalui pelestarian upacara ini, kita dapat terus menghargai dan memahami filosofi hidup masyarakat Jawa Tengah, serta memperkuat identitas budaya yang menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.

Bagikan ini ke:

Mungkin Anda Juga Suka

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Access Premium Content

Bergabunglah sekarang dan nikmati konten eksklusif yang hanya tersedia untuk member premium kami!

Join Our Newsletter

Dapatkan tips dan informasi pendidikan terbaru langsung di kotak masuk Anda dengan berlangganan newsletter dari misididik.net!

Follow Us

Ikuti sosial media misididik.net untuk mendapatkan tips pendidikan terbaru, informasi menarik, dan berbagai inspirasi belajar setiap hari!