Abstrak: Serat Kalathida, sebuah karya sastra kuno oleh Ki Ranggawarsita, mengandung ramalan tentang zaman yang samar dan tak menentu. Artikel ini menjelaskan makna serta relevansi dari pandangan Ki Ranggawarsita dalam konteks zaman modern. Meskipun berbeda dalam penyelesaian, konsep eksistensialisme dan moralitas yang disajikan oleh Ki Ranggawarsita memiliki persamaan dengan pemikiran beberapa filsuf terkenal seperti Nietzsche, Sartre, Camus, dan Husserl.
Menggali Serat Kalathida: Ramalan Zaman Edan
Serat Kalathida adalah karya sastra yang menggambarkan sebuah zaman yang samar, absurd, dan tak menentu, juga dikenal sebagai “zaman edan” atau “zaman kalabendhu.” Dalam zaman ini, Ki Ranggawarsita meramalkan perubahan besar, dengan laki-laki mirip perempuan dan sebaliknya, janji palsu, dan manusia yang lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada dimensi spiritual. Ramalan ini menggambarkan kondisi sosial dan moral yang kacau, di mana nilai-nilai tradisional mengalami degradasi dan kekacauan moral menjadi hal yang biasa.
Pesan Ki Ranggawarsita
Ki Ranggawarsita dalam Serat Kalathida mengajukan protes terhadap keadaan yang merampas kemanusiaan. Dia menjelaskan absurditas kehidupan dan mengeksplorasi eksistensialisme manusia, mengingatkan kita bahwa kita adalah wakil jagat raya yang harus mengenali diri sebagai makhluk teomorfis. Dalam hal ini, manusia harus menyadari eksistensinya sebagai manusia unggul, manusia pilihan. Pesan ini menekankan pentingnya introspeksi dan pengenalan diri untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup dan keberadaan kita di dunia ini.
Relevansi dalam Konteks Modern
Meskipun dengan penyelesaian yang berbeda, konsep Ki Ranggawarsita tentang eksistensialisme dan moralitas hidup memiliki persamaan dengan pemikiran beberapa filsuf terkenal seperti Nietzsche, Sartre, Camus, dan Husserl. Perbedaannya terletak pada pendekatan terhadap tatanan yang membelenggu eksistensi manusia. Sementara Ki Ranggawarsita menekankan sikap pasrah kepada Tuhan, para filsuf Barat lebih cenderung memberontak. Dalam pandangan modern, ramalan ini bisa dilihat sebagai cermin dari ketidakpastian dan kekacauan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari, mengingatkan kita akan pentingnya menemukan keseimbangan antara spiritualitas dan materialisme.
Sikap Pasrah Ki Ranggawarsita
Ki Ranggawarsita menekankan sikap pasrah kepada Tuhan sebagai eksistensi kebebasan yang telah dicabut dari kemungkinan untuk mengubah tatanan. Sikap ini mencerminkan penyerahan total dan mutlak kepada eksistensi Tuhan. Bagi Ki Ranggawarsita, sikap pasrah bukan berarti menyerah pada keadaan, tetapi lebih kepada penerimaan terhadap kehendak ilahi dan mencari kedamaian dalam diri. Ini adalah bentuk kebijaksanaan yang mengajarkan kita untuk menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah, sambil tetap berusaha untuk hidup dengan integritas dan moralitas yang tinggi.
Memberikan Makna dan Nilai Kehidupan
Sikap pasrah tidak mengharuskan manusia meninggalkan dunia duniawi. Manusia dapat merenung dan kontemplasi di tengah kehidupan sehari-hari, memberi makna dan nilai terhadap lingkungannya. Hanya setelah itu, mereka dapat melanjutkan perjalanan menuju dunia transenden, menjadi soko guru atau pandhito ratu yang memberikan contoh tauladan dan nasihat pada sesama manusia. Dengan demikian, Ki Ranggawarsita mengajarkan bahwa keberadaan manusia harus diisi dengan tindakan yang bermakna, yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Kesimpulan
Serat Kalathida oleh Ki Ranggawarsita menghadirkan pandangan yang relevan terhadap kondisi zaman modern. Terlepas dari perbedaan pendekatan dengan para filsuf Barat, pesan moralitas, eksistensialisme, dan hubungan manusia dengan Tuhan dalam Serat Kalathida adalah isyarat kebijaksanaan kuno yang masih berharga dan menantang kita untuk merenung tentang arti sejati dari eksistensi manusia di dunia yang terus berubah. Kebijaksanaan ini mengajak kita untuk menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan spiritual, menemukan makna dalam kekacauan, dan berusaha menjadi individu yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
0 Komentar