9 Tradisi dan Budaya Suku Sasak Lombok – Lombok, sebuah pulau indah di Nusa Tenggara Barat, dikenal luas bukan hanya karena pesona alamnya yang menakjubkan, tetapi juga karena kekayaan budaya dan tradisi suku Sasak yang masih terjaga hingga kini. Suku Sasak, penduduk asli pulau ini, mewariskan berbagai tradisi yang menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Lombok. Tradisi-tradisi ini berkembang seiring waktu, namun tetap mempertahankan esensinya yang sarat akan nilai-nilai luhur dan filosofi mendalam. Hal ini membuat Lombok tidak hanya menarik sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai tujuan wisata budaya yang kaya akan nilai historis dan spiritual.
Tradisi dan budaya suku Sasak memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Lombok. Setiap upacara, perayaan, dan kesenian tradisional mengandung makna simbolis yang mendalam, mencerminkan kepercayaan dan pandangan hidup masyarakat Sasak yang unik. Tradisi seperti Bau Nyale, Peresean, dan Rebo Bontong tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga sarana bagi masyarakat Sasak untuk menjaga hubungan dengan leluhur serta mempererat ikatan sosial di antara anggota komunitas. Setiap tahun, beberapa dari tradisi ini bahkan menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang datang untuk menyaksikan langsung keunikan budaya yang tetap hidup dan lestari.
Beragam tradisi dan budaya suku Sasak di Lombok juga memiliki cerita sejarah yang kuat, memberikan dimensi lain pada identitas budaya pulau ini. Misalnya, legenda Putri Mandalika yang melatarbelakangi tradisi Bau Nyale, atau kisah prajurit Sasak dalam pertunjukan Peresean yang melambangkan keberanian dan jiwa kepahlawanan masyarakat Lombok. Dengan berbagai tradisi yang kaya akan makna ini, Lombok tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga pengalaman budaya yang mengesankan bagi para wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang warisan leluhur dan kebudayaan masyarakat Sasak yang telah bertahan selama berabad-abad.
9 Tradisi dan Budaya Suku Sasak Lombok
Berikut adalah 9 Tradisi dan Budaya Suku Sasak Lombok yang terkenal dan selalu dilaksanakan tiap tahunnya:
1. Gendang Beleq
Gendang Beleq merupakan orkestra tradisional yang identik dengan alat musik gendang besar, yang disebut “beleq.” Dalam pertunjukannya, terdapat dua jenis gendang beleq: gendang “mama” yang melambangkan maskulinitas dan gendang “nina” yang melambangkan feminitas. Dahulu, Gendang Beleq digunakan dalam acara kerajaan atau sebagai tanda panglima perang yang memimpin pasukan ke medan tempur. Kini, orkestra ini sering dimainkan dalam acara adat dan pernikahan. Para pemain biasanya menari sambil memainkan gendang, sehingga pertunjukan Gendang Beleq menjadi tontonan yang atraktif dan energik.
2. Bau Nyale

Bau Nyale adalah tradisi yang sarat akan legenda, di mana masyarakat Sasak berkumpul di pantai untuk menangkap nyale, sejenis cacing laut. Tradisi ini berasal dari cerita Putri Mandalika, seorang putri cantik yang memilih mengorbankan dirinya ke laut demi menghindari konflik antar kerajaan yang memperebutkannya. Menurut legenda, nyale adalah perwujudan dari sang putri. Bau Nyale biasanya dilakukan pada bulan kesepuluh dalam kalender Sasak. Masyarakat percaya bahwa nyale memiliki khasiat tertentu, mulai dari kesuburan lahan hingga menjadi makanan khas seperti “emping nyale.”
3. Rebo Bontong
Rebo Bontong adalah upacara tolak bala yang diadakan pada Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Masyarakat percaya bahwa hari tersebut adalah puncak dari bala atau bencana. Dalam upacara ini, berbagai ritual dilakukan dengan harapan agar bencana dan penyakit dijauhkan dari desa. Upacara ini masih dijalankan hingga sekarang, khususnya di Kecamatan Pringgabaya. Rebo Bontong juga mengajarkan masyarakat untuk menjaga keselarasan dengan alam dan terus melestarikan budaya sebagai identitas lokal.
4. Peresean
Peresean adalah seni bela diri tradisional Lombok yang awalnya digunakan sebagai latihan perang. Dalam pertarungan ini, dua orang laki-laki, yang disebut “pepadu,” berhadapan menggunakan rotan berlapis aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan sebagai senjata, serta perisai kulit sapi atau kerbau yang disebut “ende.” Pertandingan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah. Meski terlihat keras, para pemain memiliki sportivitas tinggi dan tidak menyimpan dendam setelah pertandingan. Festival Peresean diadakan setiap tahun dan menjadi ajang unjuk keberanian serta ketangkasan masyarakat Lombok.
5. Begasingan
Begasingan adalah permainan tradisional dengan menggunakan gasing, yang tidak hanya sekadar permainan, tetapi juga simbol persaudaraan dan kebersamaan. Gasing yang dipakai dalam Begasingan biasanya dibuat dari kayu dan dimainkan oleh semua kelompok umur. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ini adalah rasa hormat, kebersamaan, dan kesederhanaan. Begasingan masih dimainkan hingga saat ini dan sering diadakan dalam acara-acara budaya untuk menjaga silaturahmi antar masyarakat.
6. Bebubus Batu
Upacara Bebubus Batu adalah ritual sakral yang diadakan di Dusun Batu Pandang, Kecamatan Swela, dengan tujuan memohon keberkahan dan keselamatan. Dalam upacara ini, “bubus” atau ramuan herbal dari beras dan berbagai tanaman digunakan dalam prosesi. Masyarakat percaya bahwa dengan melakukan upacara ini, mereka dapat mendapatkan berkah dari Sang Pencipta. Bebubus Batu dipimpin oleh pemangku adat dengan dukungan warga yang mengenakan pakaian tradisional serta membawa sesajen sebagai simbol penghormatan kepada alam dan leluhur.
7. Lomba Memaos
Lomba Memaos adalah kompetisi membaca hikayat kerajaan masa lalu yang tertulis di lontar. Dalam tradisi ini, sekelompok peserta terdiri dari pembaca lontar, pejangga, dan pendukung vokal. Lomba Memaos bertujuan untuk memperkenalkan kembali budaya dan sejarah masa lalu kepada generasi muda. Hikayat yang dibacakan biasanya mengandung nilai-nilai moral yang bisa diambil hikmahnya oleh generasi penerus, seperti keberanian, kebijaksanaan, dan cinta pada tanah air.
8. Tari Tandang Mendet
Tari Tandang Mendet adalah tari perang yang berasal dari zaman kejayaan Kerajaan Selaparang. Tarian ini menggambarkan semangat dan ketangguhan prajurit dalam menghadapi musuh. Dalam pertunjukan Tandang Mendet, penari membawa senjata seperti tombak, perisai, dan pedang, yang diiringi oleh tabuhan gendang beleq dan syair kepahlawanan. Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara budaya dan upacara adat di Sembalun, Lombok Timur.
9. Sabuk Belo
Sabuk Belo adalah upacara khas yang diadakan setiap tahun pada peringatan Maulid Nabi. Upacara ini melibatkan penggunaan sabuk sepanjang 25 meter sebagai simbol persatuan dan persaudaraan. Sabuk ini diarak keliling kampung diiringi musik Gendang Beleq, kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Sabuk Belo merupakan simbol kebersamaan masyarakat Sasak dan nilai gotong royong yang kuat di antara mereka.
Kesimpulan
Tradisi dan budaya di Lombok merupakan warisan yang sangat berharga dan menjadi identitas bagi masyarakat Sasak. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi ini, masyarakat Lombok tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga membuka peluang bagi sektor pariwisata. Setiap tradisi yang ada, dari Gendang Beleq hingga Sabuk Belo, menunjukkan betapa kayanya budaya Lombok dan peran penting yang dimainkan oleh tradisi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
0 Komentar