header misididik.net

Assikalaibineng: Manuskrip Kuno Bugis untuk Keharmonisan Seksual

oleh | Jun 27, 2024 | Kebudayaan | 0 Komentar

Manuskrip kuno Assikalaibineng, yang berasal dari budaya Bugis, mungkin belum begitu dikenal luas, tetapi memiliki kedalaman dan kekayaan informasi yang serupa dengan karya-karya terkenal seperti Kamasutra dan Serat Centini. Manuskrip ini tidak hanya membahas berbagai aspek hubungan seksual tetapi juga menggali etika dan moralitas dalam konteks Islam. Keunikan dan kekayaan budaya yang terkandung dalam Assikalaibineng memberikan wawasan yang mendalam tentang pandangan masyarakat Bugis terhadap hubungan antarpribadi dan norma-norma sosial.

Sebelumnya, Assikalaibineng dianggap sebagai ajaran rahasia yang diajarkan hanya kepada perkumpulan tertentu dalam masyarakat Bugis. Informasi dalam manuskrip ini tidak secara bebas disebarkan, melainkan disampaikan secara terbatas kepada kelompok-kelompok khusus yang memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi dan pengetahuan budaya. Kerahasiaan ini menambah aura misteri dan eksklusivitas yang menyelimuti Assikalaibineng, menjadikannya sebagai warisan budaya yang sangat dihargai namun sulit diakses oleh masyarakat umum.

Namun, pada tahun 2009, penerbit Ininnawa mengambil langkah berani dengan menerbitkan manuskrip Assikalaibineng dalam bentuk buku dengan judul yang sama. Publikasi ini membuka akses bagi lebih banyak orang untuk mempelajari dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam manuskrip kuno tersebut. Dengan penerbitan ini, Assikalaibineng tidak lagi menjadi ajaran yang hanya dikenal oleh segelintir orang, tetapi mulai dikenal oleh masyarakat yang lebih luas. Ini juga memberikan kesempatan bagi para peneliti dan pecinta budaya untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang warisan intelektual dan spiritual dari budaya Bugis.

Isi dan Kandungan Manuskrip Assikalaibineng

Manuskrip Assikalaibineng terbagi menjadi beberapa bab yang membahas berbagai aspek kehidupan seksual, budaya Bugis, dan etika Islam. Beberapa topik yang dibahas dalam manuskrip ini meliputi:

  1. Potensi Ejakulasi Dini: Manuskrip ini mengulas tentang ejakulasi dini dan memberikan wawasan tentang bagaimana menghindarinya.
  2. Faktor Kejiwaan dalam Seksualitas: Manuskrip membahas faktor-faktor kejiwaan yang mendorong seseorang untuk berhubungan seksual.
  3. Tips dan Trik dalam Seksualitas: Manuskrip ini memberikan tips seputar seksualitas, seperti waktu yang baik untuk berhubungan intim, cara memanjakan pasangan setelah berhubungan intim, perawatan tubuh menggunakan air mani, pijat dan urut, serta mantra-mantra.
  4. Cahaya dan Kain Tertutup: Manuskrip Assikalaibineng menganjurkan agar berhubungan intim dilakukan dengan cahaya yang tidak terlalu terang dan dalam satu sarung, kain tertutup, atau kelambu. Ini mencerminkan nilai-nilai kehormatan dan kepatutan dalam budaya Bugis.
  5. Foreplay: Manuskrip ini mengenal istilah “foreplay” dan menjelaskan dua jenis foreplay yang disebut “makkarawa” (meraba) dan “manyyonyo” (mencium). Foreplay ini melibatkan eksplorasi zona-zona erotis pada tubuh wanita, seperti telapak tangan, dagu, pangkal leher, dan tengkuk.
  6. Berdzikir dan Pengaturan Nafas: Manuskrip ini mengajarkan pentingnya berdzikir dan mengatur nafas saat berhubungan intim. Ini dilakukan untuk menghindari fokus pada orgasme sendiri dan untuk menjadikan hubungan intim lebih panjang, meningkatkan kepuasan pasangan, dan mencapai kebahagiaan spiritual.
  7. Waktu yang Tepat untuk Berhubungan Intim: Manuskrip ini menyarankan waktu yang tepat untuk berhubungan intim, tergantung pada hasil yang diinginkan. Misalnya, berhubungan setelah Isya dapat menghasilkan anak dengan kulit putih, sementara berhubungan di tengah malam mungkin menghasilkan anak dengan kulit gelap. Ini mencerminkan keyakinan dan ajaran dalam budaya Bugis.
Baca Juga  Tingkepan atau Mitoni: Upacara Adat Memperingati Kehamilan dalam Tradisi Jawa Tengah

Keharmonisan Seksual dalam Islam

Manuskrip Assikalaibineng juga memasukkan unsur-unsur ajaran Islam dalam konteks seksualitas. Ada penekanan pada pentingnya menjaga kebersihan spiritual dan keseimbangan dalam berhubungan intim. Penggunaan zikir (berdzikir) dalam hati selama hubungan seksual dimaksudkan untuk mengarahkan pikiran pada Allah dan menjaga fokus yang tepat.

Manuskrip kuno Assikalaibineng bugis

Manuskrip ini juga memberikan panduan tentang bagaimana suami dapat membangunkan istri yang tidur saat suami ingin berhubungan intim. Ada isyarat yang digunakan, seperti mengangkat tangan kiri dan mengatur nafas melalui lubang hidung. Ini digunakan untuk menentukan apakah saat yang dipilih cocok untuk berhubungan atau harus ditunda.

Keseluruhannya, manuskrip Assikalaibineng adalah sebuah panduan tentang hubungan suami-istri yang mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, dan spiritual. Ia mencerminkan hubungan yang seimbang antara kebutuhan seksual dalam budaya Bugis dan nilai-nilai Islam yang mengedepankan kesucian dan keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga.

Manuskrip ini adalah warisan budaya yang kaya yang membantu kita memahami keragaman budaya dan kearifan lokal yang masih ada di Indonesia. Meskipun beberapa pandangannya mungkin berbeda dengan norma-norma modern, manuskrip ini memberikan wawasan tentang cara berpikir dan keyakinan yang terjalin dalam budaya Bugis dan Islam.

Penutup

Assikalaibineng adalah salah satu warisan budaya yang memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan nilai-nilai masyarakat Bugis, khususnya dalam konteks hubungan suami-istri dan etika seksual dalam Islam. Meskipun manuskrip ini belum begitu dikenal luas, penerbitan Assikalaibineng pada tahun 2009 oleh penerbit Ininnawa telah membuka akses bagi lebih banyak orang untuk mempelajari dan mengapresiasi kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya.

Sebagai panduan yang menggabungkan aspek-aspek fisik, psikologis, dan spiritual dalam hubungan suami-istri, Assikalaibineng memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana budaya Bugis memahami dan mengelola hubungan seksual yang harmonis dan penuh penghormatan. Nilai-nilai yang diajarkan dalam manuskrip ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual, serta menekankan pentingnya kebersihan hati dan niat yang baik dalam setiap tindakan.

Baca Juga  Asal-usul Kelahiran Gatotkaca dalam Kisah Epik Mahabharata

Dengan terus mempelajari dan menghargai manuskrip seperti Assikalaibineng, kita dapat lebih memahami keragaman dan kekayaan budaya Indonesia. Manuskrip ini tidak hanya menjadi cermin dari pandangan hidup masyarakat Bugis masa lalu, tetapi juga menawarkan pelajaran berharga yang masih relevan hingga saat ini. Sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya, penting bagi kita untuk terus menggali, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan pengetahuan dari warisan budaya seperti Assikalaibineng agar tetap hidup dan bermanfaat bagi generasi mendatang.

Bagikan ini ke:

Mungkin Anda Juga Suka

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Access Premium Content

Bergabunglah sekarang dan nikmati konten eksklusif yang hanya tersedia untuk member premium kami!

Join Our Newsletter

Dapatkan tips dan informasi pendidikan terbaru langsung di kotak masuk Anda dengan berlangganan newsletter dari misididik.net!

Follow Us

Ikuti sosial media misididik.net untuk mendapatkan tips pendidikan terbaru, informasi menarik, dan berbagai inspirasi belajar setiap hari!